Selasa, 23 Oktober 2007

WARGA BATAK KALBAR AKAN KENAKAN KAIN ULOS KEPADA OESMAN SAPTA

Setelah kandidat gubernur Kalbar Oesman Sapta menerima anugrah tertinggi Dayak Taman pada Juni lalu, sebentar lagi Oesman Sapta akan menerima kalungan kain ulos dari warga Batak yang berdomisili di Kalimantan Barat sebagai tanda penghargaan tertinggi warga Batak.

Hal tersebut diungkapkan Prof Dr James Siagian SE, MM sebagai ketua umum Forum Komunikasi Masyarakat Batak (FKMB) Kalbar kepada Media Center OSO di Pontianak. Ia didampingi Sekjen FKMB Drs Jabar Hutagaul disertai sejumlah pengurus teras FKMB lainnya.

Menurutnya, sosok Oesman Sapta yang sudah lama dikenal oleh warga Batak, dipandang layak dan cocok menerima penghormatan tertinggi warga Batak. “Kami memberikan kain ulos kepada seseorang itu tidak sembarangan,” jelas James Siagian yang keseharian sebagai guru besar ekonomi pada fakultas ekonomi Universitas Tanjungpura (Untan) Pontianak.

Soal pelaksanaan pemberian kain ulos tersebut, sedang diatur antara tim kerja Oesman Sapta dengan FKMB. Yang jelas kesepakatan para tetua adat Batak telah sepakat untuk memberikan penghormatan tertinggi adat tersebut kepada mantan wakil ketua MPR RI tersebut.

“Saya sudah lama berteman dengan Pak Oesman Sapta,” jelas James Siagian yang duduk disamping Jabar Hutagaul di ruang rapat tim kerja Oesman Sapta di hotel Grand Mahkota Pontianak, Senin (22/10) malam. Pertemuan pengurus teras FKMB dengan kandidat gubernur Kalbar bernomor 2 ini berlangsung akrab dan penuh persaudaraan. Oesman Sapta sendiri begitu akrab dengan teman-teman yang berbudaya Batak ini. Percakapan pun berlangsung santai dan penuh canda.

Menurut James Siagian, warga Batak di Kalbar saat ini tercatat sekitar 30.000 orang. Mereka terdiri dari Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Pakpak dan Batak Mandailing.

Ketika ditanya, apakah warga Batak di Kalbar dapat mengikuti instruksi FKMB tentang sebuah keputusan yang harus diambil sehubungan dengan pilkada gubernur Kalbar 15 November mendatang, James Siagian mengatakannya, bisa. Dan memang warga Batak di Kalbar sangat kompak.

Berkenaan dengan tawaran itu bagi Oesman Sapta, suatu kehormatan terhadap dirinya. Tentu saja hal itu patut ia terima. Sebab penghargaan dari warga Batak Kalbar merupakan tindakan spontan dan bukan hasil rekayasa.

Bagi Oesman Sapta, siapa pun dan dari mana pun semua unsur masyarakat Kalbar boleh melakukan tindakan dukung mendukung terhadap dirinya sebagai calon gubernur Kalbar mendatang. Karena kebebasan berpolitik setiap warga dijamin undang-undang. (mco).

LYONG DIANUGRAHI ORANG KAYA PAYUNG NEGERI




Kandidat Wakil Gubernur Kalbar Drs Ignatius Lyong dianugrahi gelar kehormatan suku Dayak sebagai Orang Kaya Payung Negeri sebagai orang yang bisa melindungi dan membawa negeri ini dan daerah ini kearah yang lebih baik.

Acara tersebut berlangsung di Dusun Marau Sinar Bulan, Kecamatan Tumbang Titih, kabupaten Ketapang, Jum’at (19/10) malam yang disaksikan ratusan kepala keluarga, tokoh masyarakat dan tetua adat Dayak.

Kedatangan Lyong disambut dengan upacara adat Temuai Umbai Makan Nyagak Boris Boras yang artinya penyambutan bagi seorang yang dianggap memeliki keistimewaan dan kepemimpinan briliant.

Penghargaan tersebut juga diberikan kepada ketua Koalisi MAS dan juga Ketua TOSS (Tim Oesman Sapta Sukses) wilayah Kabupaten Ketapang Herman Mimpi dengan gelar Gemala Bhineka Tunggal Ika, artinya orang yang mampu mempersatukan berbagai suka bangsa.

Dalam kesempatan itu masyarakat suku Dayak setempat menyampaikan unek-unek kepada Lyong. Diantaranya keluhan minimnya fasilitas infratsruktur dan akses jalan yang menghubungkan kecamatan mereka yang rusak berat ke ibukota kabupaten. Juga disinggung oleh soal penegakkan supremasi hukum di Ketapang yang masih jauh dari harapan masyarakat. Mereka juga menyampaikan, keluhan masih banyak KKN di lingkungan pejabat Ketapang.

Bahkan dalam kesempatan itu, masyarakat menyampaikan perjuangan merubah status dusun mereka menjadi sebuah desa dengan berbagai persyaratan yang sudah penuhi. Namun, tindak lanjut perjuangan tersebut, mereka nilai belum ada jawaban yang pasti dari pihak Pemda Kabupaten Ketapang.

Menanggapi keluhan masyarakat suku Dayak itu, Lyong mengatakan bahwa dirinya dan Oesman Sapta telah sepakat untuk memperjuangkan semua aspirasi masyarakat Dusun Muara Sinar Bulan dan tentunya masyarakat Kecamatan Tumbang Titih secara keseluruhan.

Lyong juga menyinggung tentang program yang akan mereka gulirkan jika kelak mereka menjadi gubernur dan wakil gubernur Kalbar mendatang. Dua diantaranya mengenai perjuangan pendidikan dan kesehatan gratis.

“Kita tidak akan mampu mencapai pendidikan dan kesehatan gratis jika APBD kita masih pada kisaran Rp 1 trilyun. Kita akan mencapai itu bila APBD kita diatas Rp 5 triliyun setahun dan sosok yang bisa merubah Kalbar hanyalah Oesman Sapta yang mempunyai kemampuan lobi secara nasional maupun internasional,” jelas Lyong. Lebih lannjut Lyong mengatakan “Karena itu, saya bersedia mendampingi beliau maju sebagai wakil gubernur Kalbar.” (mco).

Senin, 22 Oktober 2007

DUKUNGAN OESMAN SAPTA TERUS MENGALIR



Dengan adanya dukungan politik yang terus mengalir terhadap terhadap kandidat gubernur dan wakil gubernur Kalbar pasangan Dr H Oesman Sapta dengan Drs Ignatius Lyong MM, semakin memperkuat posisinya untuk memjadi pemimpin Kalbar mendatang.

Dukungan semakin hari semakin banyak yang disampaikan baik secara pribadi maupun secara kelembagaan. Baik disampaikan secara langsung kepada Oesman Sapta maupun kepada tim suksesnya. Hal ini semakin memperkuat dan meyakinkan posisi pasangan kandidat ini dalam melenggang ke kursi gubernur Kalbar.

Suara sumbang yang selama ini ditiupkan oleh orang yang tidak bertanggungjawab terhadap pasangan ini, malah berbalik menjadikan kekuatan baru sekaligus dukungan terhadap mereka semakin membesar dan menggunung. Riset yang berbasis politik pun mulai memperlihat grafik menaik untuk pasangan calon ini.

Tak ada satu pun meragukan kemampuan Oesman Sapta untuk membangun Kalbar. Memang, semula orang banyak meragukan, apakah pengusaha sukses ini benar-benar ingin menjadi gubernur, padahal dirinya sudah hidup serba kecukupan. Tetapi belakangan, semua orang paham bahwa sosok Oesman Sapta yang sudah memiliki jaringan nasional dan internasional yang amat kuat itu, mau jadi gubernur Kalbar.

Matanya pun berbinar-binar ketika “Sang Meteor” ini berbicara soal kemiskinan dan kesusahan rakyat Kalbar. “Saya lilla hita’ala, saya ingin membangun Kalbar,” katanya meyakinkan rakyat Kalbar, bahwa dirinya betul-betul ingin membangun Kalbar, bukan untuk bisnis seperti yang sering diperbincang oleh kalangan pebisnis.

Dirinya menjamin, kalangan pengusaha tidak usah takut, bahwa bisnis mereka akan terganggu jika Oesman Sapta menjadi gubernur. Sebab sosok Oesman Sapta kini, akan menegakkan kebenaran dan keadilan di bumi Kalbar ini demi membangun rakyat Kalbar.

Ia sudah mematok dirinya, bahwa ia tidak lagi bisa membiarkan kehidupan rakyat seperti ini. Ia ingin mengajak seluruh elemen Kalbar untuk membangun Kalbar. Dan ia juga sudah membuat frame kerja yang jelas. Ia akan angkat derajat rakyat Kalbar dalam sebuah bingkai pertumbuhan ekonomi yang cepat dan cerdas.

Sebab apa, ia melihat kenyataan hidup rakyat Kalbar seperti sekarang ini, merupakan kesalahan fatal sistem yang digunakan. Makanya ia akan membentuk sistem yang baik dan benar di Kalbar. Dengan sistem ini, ia akan membangun secara arif dan bijak berdasarkan kemauan rakyat Kalbar. Ialah rakyat Kalbar mau terhindar dari kemiskinan dan kesusahan yang mereka rasakan selama ini.

Oesman Sapta digelari juga oleh teman-teman dan lawannya sebagai “Sang Pendobrak” karena dialah satu-satunya putra Kalbar yang berani berhadapan dengan siapa yang harus dilaluinya untuk memperjuangkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat yang dipimpinnya. Banyak catatan ia yang memang pantas disebut “Sang Pendobrak”. Di tengah kebuntuan kerja di MPR RI dulu, maka dialah yang berani mendobrak kebekuan itu, sehingga sebuah keputusan bisa diambil secara bijak.

Namun, banyak orang terlena dengan sejarah masa lalunya. Namun kini, justru ia menjadi contoh bagi rakyat Kalbar, tentang sebuah perjuangan panjang rantai kehidupan. Ia memberi semangat bagi orang susah, bahwa hidup tidak akan selamanya susah jika ingin berusaha keras. Kini semua orang bisa menerimanya dengan apa adanya. Bahkan kalangan ulama pun sudah berterus terang bahwa mereka sudah menerima Oesman Sapta sebagai pemimpin Kalbar.

Karenanya, ratusan ustadz dan kiyai berkumpul menemuinya di Pontianak untuk menyatakan mencabut dukungan kandidat lainnya, lalu mendukung Oesman Sapta pada pemilihan 15 November nanti.

Begitu juga dengan 700 kepala desa se Kalbar. Walau organisasi ini dilarang berpolitik, tetapi mereka selaku pamong desa juga bertanggung jawab terhadap pembangunan desanya. Mereka mau mencari sosok pemimpin Kalbar yang dapat membangun desa mereka yang selama ini kurang tersentuh pembangunan.

Belum lagi, warga Tionghoa di Pontianak dan Singkawan, baru-baru ini telah menyatakan dukungannya kepada Oesman Sapta, tanpa aling-aling apapun. Malah Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI) , pun kini mendukung sepenuhnya Oesman Sapta. Mereka beranggotakan sedikitnya 495 ribu anggota dengan hak pilih sebanyak 271 ribu orang. Walau kecil, perkumpulan penunggang kuda Mardhotilla Kalbar pun melayangkan dukungannya agar Oesman Sapta jadi gubernur.

Tak terkecuali aktivis dan pentolan partau politik seperti PAN, walaupun itu baru di Kabupaten Kayung Utara, tetapi gelagat seperti itu banyak bermunculan secara diam-diam untuk mendukung Oesman Sapta. Karena hanya Oesman Sapta lah yang bisa disebut “Sang Meteror” (mco).

Kalbar Dalam Bingkai Jurnalistik (Bagian 10)

SEBUAH CATATAN KERAS UNTUK PEDESAAN KALBAR

Ketika kami bertemu dengan para kepala desa yang lebih dikenal sebagai pamong desa terdapat banyak catatan yang boleh dibilang keras. Karena warga mereka selain hidup hanya semata atas berkah alam, juga masih tertinggal jauh dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia yang pernah kami kunjungi.

Memang ada seribu lima ratus lebih desa di Kalbar, tak semuanya jelak. Ada juga yang bagus. Tetapi mayoritas pedesaan Kalbar masih tertinggal jauh. Kami datang ke desa Wajo yang tak jauh dari Pontianak saja, jalannya belum bisa dilalui kendaraan roda empat. Apalagi desa diujung sungai Landak, mereka hanya memiliki jalan setapak. Antara satu desa dengan desa lainnya hanya bisa dilalui dengan sepeda motor. Kadang kala mereka berjalan kaki dalam puluhan kilo meter. Dan belum ada SD Negeri di sana.

Lebih parah lagi, kondisi kecamatan Kubu. Walaupun itu merupakan ibukota kecamatan, tetapi jalannya hanya bisa dilalui sepeda motor saja. Sama hal kondisinya ketika 20 tahun silam seperti cerita penyanyi kondang Eddy Silitonga kepada kami baru-baru ini.

Yang lebih parah lagi adalah soal air bersih. Pernah suatu ketika penyanyi ibukota terpaksa membeli 5 botol besar air mineral untuk mandi. Ia sengaja mandi di depan orang-orang desa itu sekedar tanda protesnya bahwa kalian perlu mandi dengan air bersih.

Berkenaan dengan air bersih, belum lama ini kami punya cerita menarik. Kami bermalam di sebuah desa di tepian sungai. Tentu saja kami harus menumpang rumah penduduk untuk mandi dan menggosok gigi, karena di desa itu tidak ada hotel. Satu dua tiga teman kami, terus mandi bergantian. Yang sudah mandi mengejak teman kami yang belum mandi. Akhirnya teman kami yang terakhir pun mandi juga.

Hanya saja aneh, teman kami yang terakhir mandi, ia bercerita bahwa di bak mandi yang tadi kami pakai untuk mandi terdapat banyak bulu ayam. Lalu kami pun penasaran. Dan kami ingin tau dari mana penduduk setempat mencari sumber airnya yang masuk ke bak mandi tadi.

Aduh mak, ternyata air yang disedot ke bak mandi melalui mesin pompa air tadi adalah air sungai di bawah rumah itu. Di samping cerobong mesin pimpa pun, dua pemuda sedang membersihkan ayam untuk santapan lezat kami siang itu. Padahal ketika kami buang air besar juga mengalir langsung ke tempat itu. Apa yang terdapat di permukaan sungai itu, tidak usah kami tulis disinilah. Bisa dibayangkan reaksi teman-teman kami yang sudah mandi dan menyatakan dirinya sudah bersih dan harum tadi. Ternyata rumah yang lainnya pun melakukan hal yang sama.

Pembangunan desa menurut APDSI (Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia) membutuhkan sedikitnya Rp 500 juga setahun per desa. Idealnya menurut mereka, setiap desa dibangun dengan anggaran Rp 1 milyar setahun. Artinya jika kita ingin membangun desa se Kalbar, sedikitnya membutuhkan biaya Rp 1,5 triliyun setahun. Mana mungkin, jika APBD Kalbar hanya Rp 1,1 triliyun setahun. Makanya Oesman Sapta dan Igntaius Lyong akan memperjuangkan APBD Kalbar minimal Rp 5 triliyun., tentunya secara bertahap. Hanya dengan angka segitu, Kalbar baru bisa membangun.

Kami melihat tidak ada komunikasi yang baik antara pemda Kalbar dengan pamong desa saat ini. Sementara itu, pamong desa tidak punya keberanian untuk mendesak atasannya untuk memperjuangkan desanya. Malah kami berani mengatakan, seharusnya pajabat pemda turun ke desa jangan dalam keadaan resmi. Sekali-sekali jadilah turis berkunjung ke desa, agar bisa melihat kehidupan desa apa adanya, tanpa dikawal oleh aparat yang kadangkala sering merekayasa keadaan agar tidak dimarahi atasannya.

Padahal, menurut catatan dunia perbankan di Jakarta, desa adalah lumbung ekonomi tidak hanya Kalbar tetapi Indonesia. Ketika resesi ekonomi melanda Indonesia tahun 80-an, yang paling bertahan adalah sektor ekonomi pedesaan.

Bank BRI yang paling banyak mengusurkan kredit ke sektor ekonomi pedesaan, mencatat angka terendah kredit macet, kendati krisis ekonomi melanda hampir seluruh wilayah Indonesia. Maka kemudian BRI gencar melaksanakan kredit mikro untuk ekonomi rakyat kecil, termasuk pedesaan. Mengapa pedesaan Kalbar tidak berbuat sama dengan desa lainnya di Indonesia. Bukankah bank-bank kita bisa membantu? Kami yakin hanya soal bagaimana mengkomunikasikannya. (Safari ANS/MCO).

Kalbar Dalam Bingkai Jurnalistik (Bagian 9)

BERSEDEKAH ITU UNTUK CARI PAHALA, BUKAN MENCARI PUJA-PUJI ORANG

Selama kami mengikuti tur berkeliling Kalbar bersama kandidat gubernur bernomor urut 2 Oesman Sapta, kami menemukan banyak catatan penting yang menjadi pembelajaran untuk diri sendiri. Terutama tentang orang yang bermuka palsu dan orang yang bermuka apa adanya.

Yang bermuka palsu, tentu ingin memanfaatkan keinginan sang kandidat untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya bagi dirinya dengan menawarkan berbagai macam rencana. Yang bermuka apa adanya, memang mereka yang ikhlas ingin mendukung dan berbuat sesuatu untuk kesuksesan sang calon.

Namun kami berkeyakinan benar, bahwa sang kandidat yang kami ikuti mahir dalam memahami serta memilah mana bermuka palsu dan mana bermuka apa adanya. Pernah suatu ketika, dalam rapat koalisi di tengah malam buta. Sang kandidat memanggil seorang pimpinan koalisi yang mengatur daerah tertentu.

Sang ketua berkata, biaya telah diselesaikan sekian, tetapi sang kandidat tidak percaya. Lalu dia panggil orang yang telah dibiayai tersebut malam itu juga. Dia tanya langsung, apa benar sudah terima biaya dari ketua. Dan orang-orang terkait dengan biaya itu, di tengah larut malam itu, dipanggil semuanya untuk memastikan bahwa biaya yang telah dikeluarkan tidak dikorupsi.

Begitu pun dengan lainnya, Oesman Sapta sering hanya tersenyum ketika seseorang yang bermuka palsu berkata kepadanya. Ia bagai memiliki kemampuan pancaindra kesekian lah, untuk memahami karakter lawan bicaranya. Walau pun yang datang seorang ustadz atau seorang kiyai sekalipun, ia hanya tersenyum ketika seseorang itu menyatakan dukungan kepadanya. Lalu ia bagaikan bisa membaca suara hati kecil orang itu, bahwa ustadz atau kiyai itu berbohong kepadanya.

Dalam perjalanan yang kami ikuti, misalnya kedatangannya pada sebuah tempat ibadah, apakah itu masjid, gereja atau pun kelenteng. Dia bagaikan bisa berbicara dengan dirinya sendiri, bahwa tempat itu layak dia sedekahi atau tidak. Dia paham betul, dimana ia datang dengan membawa amal sedekah ke suatu tempat apa tidak.

Pernah suatu ketika ia begitu tertarik dengan keberadaan masjid tertua di Landak, yang menurut warga setempat telah berusia 300 tahun lebih. Namun pemda Kabupaten Landak agaknya kurang memperhatikan keberadaan masjid ini. Secara diam-diam dia mengirim utusan guna menyampaikan sedekahnya bagi masjid tua itu. Nilainya lebih dari cukup untuk melakukan renovasi mesjid tersebut. Karena merasa terharu, semua pengurus masjid tua itu, menangis tersendu, karena tak menyangka masih ada orang yang peduli. Dan ia meminta kepada kami untuk tidak mempublikasinya.

Begitu juga ketika melakukan shalat Jum’at di masjid kecil dan sederhana di Kubu, namanya masjid Al-Falah. Dia menyumbangkan uang melalui Camat Kubu, tetapi ia tetap meminta kami untuk tidak memberitakannya. Pada daerah yang lain, kedatangannya secara tiba-tiba di sebuah kelenteng di Singkawang karena diundang mendadak. Serta merta ia menyumbang uang tunai. Begitu juga pada masjid-masjid yang ia singgahi. Semua itu tidak boleh kami beritakan.

Akan tetapi akan berbeda halnya. Di banyak masjid dan tempat ibadah dimana ia diminta untuk hadir, lalu sang pengurus masjid minta sumbangan melalui kata sambutannya. Malah ia tidak memberikan sumbangan sama sekali. Ia malah mengkritik bahwa masjid itu masih bagus dan sebagainya.

Sebenarnya, Oesman Sapta lebih senang bersedekah dan beramal, apalagi ke tempat-tempat ibadah, hanya dia dan Tuhan yang tau. Kalau bisa tidak ada satu orang pun yang tau, bahwa ia bersedekah dan menyumbang. Sama halnya ketika dia mengundang anak-anak yatim piatu di berbagai tempat, tidak hanya di Pontianak. Ia banyak menyumbang untuk panti mereka. Lagi-lagi, dia tidak suka disebut sumbangannya, walaupun kemeriahan acaranya diekspos.

Semua tindakannya bersedekah, semata mencari ridho Ilahi. Ia ikhlas dan rela tanpa ada tekanan atau permintaan siapapun. Malah ketika ada orang meminta sedekah atau sumbangan, justru ia enggan mengabulkannya. Karena diminta, berarti dirinya tidak ikhlas. Kalau tidak ikhlas berbuat amal ibadah, maka pahalanya juga hilang, kata seorang ustadz. Begitu juga dengan sang kandidat gubernur Kalbar, Oesman Sapta. (Safari ANS/mco).

Sabtu, 20 Oktober 2007

OESMAN SAPTA DI MATA ARTIS IBUKOTA


Bagi banyak artis Ibukota, sosok kandidat gubernur Kalbar Dr H Oesman Sapta miliki banyak aspek positifnya bagi masyarakat Kalbar jika ia kelak menjadi gubernur Kalbar. Selain ia bersungguh-sungguh ingin membangun daerahnya, ia juga memiliki link yang bagus untuk Kalbar.

Hal tersebut diungkapkan artis penyanyi kenamaan Eddy Silitonga, Yulius Sitanggang, raja dangdut Rhoma Irama dan Dewi KDO kepada Media Center Oso. Mereka dimintai pendapatnya sehubungan dengan pencalonan Oesman Sapta sebagai gubernur Kalbar yang akan dipilih rakyat pada 15 November mendatang.

Bagi Rhoma Irama, Oesman Sapta adalah sosok yang tegas dan pemberani seperti Umar bin Kattab, pemimpin ummat Islam kedua setelah Abu Bakar, serta seorang pedagang yang sukses seperti Usman bin Affan sang pemimpin ketiga ummat Islam setelah Umar.

Penyanyi yang ngetop dengan lagunya “Mama” Eddy Silitonga berpendapat lain. Semula ia tidak percaya Oesman Sapta mau jadi gubernur, “Semula saya anggap bercanda, karena saya tau dia. Di tengah jalan lalu saya pikir, mungkin dia ingin jalan-jalan saja di Kalbar,” jelas Eddy.

“Lah, kok lama-lama jadi serius,” tambah Eddy. Menurutnya Oesman Sapta punya komitmen untuk membenahi Kalbar. Sebab beberapa kali Eddy Silitonga ke Kalbar, tak banyak perubahan yang terjadi.

“Dua puluh tahun lalu saya ke Entikong bersama bang Oesman, sekarang saya ke sana, ya masih gitu-gitu saja,” kenang Eddy. Bahkan Eddy turut sedih ketika melihat kenyataan ibukota kecamatan Kubu tidak ada kendaraan mobil dan tidak ada jalan raya, saat dia show di lapangan bola kecamatan itu.

Bagi penyanyi muda Yulius Sitanggang, Oesman Sapta yang ia kenal adalah sosok yang tepat untuk Kalbar. “Saya pikir dia ingin memajukan daerah ini,” kata Yulius. Apalagi menurutnya, Oesman Sapta adalah seorang pengusaha, banyak akal dan banyak yang bisa dia lakukan. “Dia punya obsesi untuk memajukan Kalbar dalam bidang pendidikan, sarana dan prasarana,” tambahnya.

Bagi Dewi KDO, Oesman Sapta punya keberanian untuk membangun Kalbar. Baik Dewi, Rhoma Irama, Eddy Silitonga maupun Yulius Sitanggang, memandang sosok Oesman Sapta adalah yang dianggap paling cocok memimpin Kalbar dalam waktu dekat. Mengingat, ketertinggalan Kalbar dalam berbagai bidang, membutuhkan sosok pemimpin pemberani seperti kandidat bernomor urut 2 ini. “Karena dia itu adalah Sang Pendobrak,” kata mereka sepakat. (mco)

Jumat, 19 Oktober 2007

Kalbar Dalam Bingkai Jurnalistik (Bagian 5)

BERITA KALBAR DARI HONG KONG

Banyak rakyat Kalbar yang mondar-mandir ke wilayah Taiwan, Hong Kong dan China. Warga Tionghoa Kalbar bahkan banyak yang sudah mantu dengan warganegara ketiga negara itu. Kesamaan budaya dan agama telah membuat mereka akrab dan saling membutuhkan. Hanya saja belum ada sentuhan berarti untuk memanfaatkan akses mereka bagi pembangunan Kalbar.

Kendati Presiden China Hu Jintao, akhir Agustus silam baru saja memecat menteri keuangnnya, Jin Renqing. Karena diduga terlibat skandar seks, namun ia berhasil mencatat rekor menaikkan cadangan devisa negara China hingga USD 1,3 trilyun. Nilai itu hampir setara dengan Rp 12.000 triliyun.

Padahal, negara kita saat ini hanya memiliki cadangan devisi USD 51 milyar atau setara Rp 459 trilyun saja. Itu berarti negara kita masih jauh di bawah Malaysia dan Singapura. Cadangan devisa bisa menjadi indikator kuat tidaknya sebuah negara untuk bertransaksi secara internasional. Dengan kecilnya cadangan devisa negara kita, kita sering diremahkan dalam transaksi internasional.

Misalnya, Hong Kong yang merupakan bagian dari China, pihak perbankannya bisa bertransaksi dalam jumlah besar. Umpamanya untuk membayar minyak satu kapal tengker minyak seharga USD 1 milyar. Di negara Singapura dan Hong Kong hal tersebut sudah menjadi hal biasa. Di negara kita yang bisa bertransaksi seperti itu hanya Bank Indonesia. Bank-bank komersial kita belum diberi kewenangan itu. Bank-bank kita paling banter hanya diberi batas maksimal hingga USD 25 juta saja.

Hal itu pulalah mengapa Bank Indonesia kemudian mengambil alih transaksi Pertamina dan Medco Group. Karena kedua perusahaan raksasa minyak ini harus bertransaksi dalam jumlah milyar dollar Amerika Serikat tadi.

Semuanya ini, telah menempatkan negara untuk tidak dapat memiliki undang-undang offshore banking dan undang-undang offshore financing, seperti yang dimiliki oleh negara-negara tetangga Malaysia, Singapura dan Hong Kong. Hal ini tentu saja berdampak dengan pembangunan kita pada umumnya, dimana dunia investasi sulit masuk ke Indonesia.

Tak hanya itu, ketika Kalbar mempromsikan daerahnya ke berbagai negara, tetapi tidak diimbangi dengan kebijakan one gate, hanya akan menjadi acara serimonial belaka. Maka diperlukan pranata ekonomi yang sistematis. Bisa kita bayangkan bagaimana China memajukan daerah Shen Chen yang saat ini mampu menjadi daerah pendukung Hong Kong. Seorang pengusaha apabila datang ke daerah itu untuk investasi, sang investor hanya perlu datang ke satu orang lembaga dan bisa diselesaikan dalam satu hari. Selebihnya, mulai dari izin sampai kepada mitra lokal yang sudah terseleksi secara baik tersedia, telah tersedia.

Tak ada biaya itu dan ini. Tak ada potongan itu dan ini. Mereka telah menempatkan sang investor bak raja baru. Apa yang diinginkan oleh sang raja, pemerintah China dengan leluasa akan memberikannya. Bahkan Thailand akan memberikan status kewarganegaraan bagi sang investor yang membawa uang sedikitnya setara Rp 10 milyar ke negara itu. Kalau kita tidak demikian.

Sang investor yang masuk ke kita, harus berpikir tujuh kali. Apalagi di era banyak pilkada seperti sekarang ini. Kalbar pun tak luput dari tabiat jelek ini, sehingga kalau pun ada investor yang mau masuk, maka itu sebuah kerja keras yang amat sangat.

Padahal di dunia global sekarang ini, tidak diperlukan hal yang sulit. Pemda sebagai regulator kebijakan harus cerdas berbenah dengan memanfaatkan fungsi otonomi daerah. Bukankah pusat telah berjanji untuk memberikan peluang itu.

Para petinggi International Fund for Indonesia Development (IFID) yang berbasis di Hong Kong menempatkan Kalbar sebagai daerah yang layak untuk dilirik, apabila ada aturan main yang tidak memusingkan. IFID dapat saja men-support konsep Kalbar Inc apabila konsep ini telah menjadi konsensus masyarakat Kalbar. Para petinggi IFID, yang juga berkantor di Dan Hag Belanda menyenangi konsep Kalbar Inc. Konsep ini dianggap layak untuk memberdayakan rakyat secara langsung di Kalbar.

Malah petinggi IFID ini melihat, jika konsep Kalbar Inc berhasil, mereka meminta pemerintah Indonesia menerapkan juga didaerah lainnya seperti Jakarta Inc, Banten Inc dan sebagainya. Apalagi daerah konflik yang notabene-nya sebagai refleksi kekecewaan rakyat terhadap belenggu ekonomi yang semakin hari semakin berat dan menyesakkan.

Konsep Kalbar Inc, bukan konsep baru. Negara Singapura telah menarapkann konsep itu sejak lima tahun silam. Dimana setiap rakyat singapura diberi saham-saham oleh negara. Saham-saham tersebut bisa digadaikan atau bisa digunakan untuk kepentingan bisnis. Sementara itu induk raksasa bisnis Singapura, Temasek dengan anak perusahaannya seperti SingTel terus merambah dunia dengan jaringan telekomunikasinya. Keuntungannya tentu saja rakyat kebagian melalui lembaran saham-saham tadi. Demikian juga Jepang, malah negara-negara Eropa telah menerapkan sebuah sistem unik. Ialah apabila ada seorang warga mereka yang memiliki unit usaha di luar negeri seperti perkebunan dan turunannya, maka negaranya akan men-support penuh biayanya. Apalagi hasil produksinya diperuntukkan bagi negara mereka. Lalu mereka membungkus kepentingan rakyatnya itu dalam sebuah bingkai kerjasama antar negara.

Nah, dengan link raksasa seperti ini, apa yang dasar bagi rakyat Kalbar untuk tidak menerima Oesman Sapta sebagai pemimpin Kalbar di masa depan. Rasanya, tak ada lagi sosok pemimpin seperti itu kelak dikemudian hari. Wallahua’alam. (Safari ANS/MCO).

Kalbar Dalam Bingkai Jurnalistik (Bagian 4)

KALBAR SEBAGAI WATER WORLD SOCIETY

Rumah-rumah berjejar di sepanjang tepian sungai. Di sana terparkir perahu motor kecil dan besar. Rumah mereka menghadap ke air, bukan ke daratan seperti kebanyakan rumah di wilayah Indonesia lainnya. Tetapi mereka hanya membuat apa adanya, tanpa konsep. Padahal Kalbar dibelah sungai yang membentang panjang dari Pontionak hingga ke Puttusiba, Kapuas Hulu.

Alur sungai pun lebar dan dalam, sehingga kapal-kapal besar bebas berlalu lalang tanpa harus was-was kandas. Berbeda kondisinya dengan sungai musi di Palembang. Semuanya menjadi rantai kehidupan yang unit dan berprospek masa depan yang baik, ketika orang-orang kota telah bosan hidup ala darat yang panas.

Ketika speed boat kami bersama Ignatius Lyong meneleusuri sungai Landak dari Pontianak menuju hulu sungai selama 1,5 jam, kami merasakan Kalbar memiliki potensi alam yang amat bagus untuk menciptakan water world estate terbesar di dunia. Karena negara lain banyak gagal menerapkan konsep itu karena kondisi alamnya tidak memadai. Kami yakin, ketika dunia air di Kalbar ini tersentuh secara konseptual, maka negara Belanda yang selama ini menyombongkan diri sebagai kota air terbaik di dunia, akan segera sirna.

Jika konsep ini diterapkan seiring dengan pengembangan kebudayaan masyarakat Kalbar yang terdiri dari berbagai jenis budaya seperti budaya Dayak, Bugis, Melayu, Madura dan Tionghoa, rasanya terasa bodoh kalau dunia wisata tidak mengalihkan agendanya ke Kalbar. Namun semuanya itu perlu sentuhan konsep.

Anda bisa bayangkan bagaimana kalau seorang turis berlayar menyusuri sungai yang membelah Kalbar tadi. Mereka membutuhkan perjalan dua hari baru bisa menjangkau seluruh aliran sungai. Mereka bisa menikmati pemandangan di atas kapal pesiar yang membawa mereka. Umpanyakan saja, kapal pesiar itu adalah hotel dan restoran terapung yang nyaman.

Masyarakat water world tidak membutuhkan mobil atau sepeda motor. Mereka membutuhkan kendaraan air, seperti speed boat, kapal pesiar, jetsky, mobil yang bisa masuk ke air seperti yang ada di negari Belanda, dan segala macam pendukung lainnya.

Tak hanya itu, pendidikan untuk anak-anak mereka juga harus berbeda dengan pendidikan anak-anak pedalaman. Mereka harus memahami dunia air secara lebih ilmiah. Masyarakatnya pun harus dikembangkan sebagai masyarakat air yang menjanjikan kehidupan mereka. Misalnya perlu dibangun pelabuhan atau terminal-terminal besar dan kecil di setiap persinggahan seperti layaknya terminal mobil di wilayah daratan.

Saat ini tidak. Mereka masih menjadikan aliran sungai sebagai berkah semata. Tak ada olahan konsep yang jelas tentang mereka. Malah mereka disamakan dengan konsep pembangunan masyarakat pesisir saja. Padahal karakteristik masyarakat pesisir dengan masyarakat water world akan sangat berbeda. Water world society adalah sebuah kehidupan yang menempatkan air sebagai bagian dari kehidupan mereka sehari-hari, sedangkan, masyarakat pesisir hanya menempatkan laut sebagai keniscayaan alam semata.

Namun, kehidupan water world yang melingkupi ruang masyarakat Kalbar akan berdampak sangat serius dibandingkan di Jawa seandainya ekosistemnya terganggu. Diantaranya penebangan hutan berkelebihan dan terganggungnya aliran parit atau sungai-sungai kecil. Karena jarak antara permukaan air dengan rumah penduduk amat tipis. Sedangkan di Jawa, permukaan air dengan daratan rumah penduduk tinggi. Itu pun masih harus mengalami banjir, paling tidak lima tahun sekali, karena memang di Jawa hutan sudah bisa dikatakan habis.

Sedangkan di Belanda, negara itu memang sudah hidup di bawah permukaan air laut. Ketika kita mendarat di bandar udaranya, terlihat perahu motor berada di atas pesawat yang sedang mendarat, karena memang sungainya berada di atas lapangan terbang. Begitupun rumah penduduk dan lainnya. Pokoknya Belanda sukses mengatur ritme air sehingga mereka terbebas dari banjir kapan pun.

Kami yakin kondisi alam Kalbar tidak bisa disamakan dengan Belanda. Dan bisa dipastikan, jika ekosistem di Kalbar terganggu, air yang begitu akrab dengan masyarakat air tadi, justru akan menjadi bencana. Karenanya, pemerintah perlu menakar secara jelas berapa hektar hutan yang bisa menjaga ekosistem itu. Semua ada rumusannya, jadi tidak perlu pani. Yang panting konsep water world society tersusun secara ilmiah, dan dapat diimplementasikan secara bijak.

Kandidat gubernur yang cerdas dan pinter akan menempatkan konsep ini sebagai sebuah terobosan baru untuk dunia wisata tidak hanya di Indonesia tetapi juga didunia global. Rakyat Kalbar berhak mengkalim dirinya sebagai water world society di dunia dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Sebab, jika konsep itu diterapkan, mata dunia internasional akan memberikan perhatian tersendiri. Banyak lembaga-lembaga keuangan dunia yang akan simpati dan mengucurkan dananya melalui sebuah sistem yang jelas.

Karenanya, cari pemimpin yang memiliki wawasan luas serta mampu melaksanakan konsep itu. Oesman Sapta kami yakini sudah terbiasa dengan terbobosan baru itu. (Safari ANS/MCO).

Kalbar Dalam Bingkai Jurnalistik (Bagian 3)

BERKONGSI DENGAN KEKUATAN GLOBAL


Dunia sudah disebut global. Beberapa nama perusahaan kelas dunia sudah merubah namanya dengan embel-embel global. Ada global finance, ada world wide services, ada global sindikasi dan segala macam dunia global. Kalbar pun disorot dalam memainkan kartu global. Paling tidak dunia global berharap Kalbar menjadi paru-patu umat manusia di abad modern.

Kami tidak habis pikir, mengapa rakyat Kalbar dalam posisi sekarang. Tertinggal dan miskin dibandingkan dengan saudaranya di wilayah lain. Semestinya APBD Kalbar berkolaborasi antara Rp 3 sampai 5 trilyun setahun. Itu pun belum cukup, jika dunia global bersepakat untuk mengamankan paru-paru dunia ini.

Membangun Kalbar yang ideal untuk mengejar ketertinggalannya, sedikitnya membutuhkan anggaran Rp 10 trilyun setahun. Yang menjadi soal, darimana uang tersebut bisa diraih. Tak ada seorang pun bisa menjamin kalau anggaran sebesar itu bisa diraih. Sehebat-hebatnya lobi seorang pemimpin kelak di Kalbar, menurut prediksi kami, hanya berkisar antara Rp 3 sampai 5 trilyun setahun. Dan itu pun akan didapat secara bertahap. Karena tidak pernah kebijakan pemerintah pusat menaikkan anggaran suatu daerah secara drastis. Kalau pun ada, sebuah pengecualian, karena adanya bencana alam dan sebagainya.

Dalam perjalanan merekam detak dan relung kehidupan masyarakat Kalbar bersama Oesman Sapta, banyak kami dengar teriakan nyaring, bahwa rakyat Kalbar minta tolong. Walaupun hampir tidak ada pengemis jalanan seperti di Jakarta, tetapi derita hidup dengan masa depan yang antipati, terekam amat jelas. Ialah sebuah takdir ketidak-berdayaan menahan hidup dalam arus globalisasi.

Mengapa? Karena ummat manusia di planet bumi ini sudah kekurangan tanah, sementara Kalbar banyak tanah yang nganggur. Di dunia sudah kekurangan hutan, di Kalbar masih banyak hutan. Ketika dunia global merasa risi dengan berkurangnya cadangan minyak bumi di planet ini, Kalbar dan Kalimantan secara keseluruhan menjadi lirikan dunia. Karena Kalbar dan Kalimantan dapat memberikan alternatif bahan bakar dengan kelapa sawitnya. Hanya saja, perkebunan kelapa sawit yang luasnya jutaan hektar, bukan milik rakyat Kalbar.

Dan itu berpengaruh terhadap perputaran uang di Kalbar. Catatlah berapa besarnya eskpor palm oil dari Kalbar. Betapa besarnya ekspor hasil hutan Kalbar, tetapi mengapa kemakmuran rakyat juga tak terjamah. Karena usaha-usaha tersebut bukan milik rakyat Kalbar, tetapi milik orang asing, milik pengusaha Jakarta dan milik orang Malaysia.

Akibat rakyat Kalbar bukan pemilik usaha yang ada di Kalbar, maka ketika terjadi penjualan hasil produksi, maka disitulah akan terasa. Bahwa uang hasil penjualan hanya terparkir di Jakarta, di Malaysia atau di Singapura. Paling banter, sang empunya perusahaan hanya akan menghirimkan uang ke Kalbar untuk membiayai biaya produksi dan biaya gaji karyawan. Dan itu pun kecil, tak sampai 20 persen dari total hasil penjualan. Itulah sebabnya, kendati produk yang dihasilkan oleh Kalbar tinggi, tetapi putaran uang di Kalbar tetap kecil.

Padahal, cara berpikir menteri keuangan di Jakarta, besar kecilnya putaran uang di suatu daerah akan menjadi indikator apakah daerah tersebut dapat berkembang secara baik menurut hukun accounting, apa tidak. Perputaran uang tinggi menjadi indikator roda ekonomi berjalan wajar.

Semua ini terjadi, karena sang pemimpin Kalbar belum memiliki konsep dasar tentang kesejahteraan rakyat Kalbar. Yang ada hanyalah jiplakan konsep yang menjadi ketentuan dan aturan main yang sudah tercipta puluhan tahun di Indonesia.

Padahal roh dan jiwa otonomi daerah, sejak semula dimaksudkan agar daerah dapat dan mampu mendesain dirinya sebagai daerah yang memiliki konsep dan desain pembangunan valid untuk rakyatnya.

Ada sebuah kelakar yang patut ditiru oleh penentu kebijakan Kalbar, bahwa desain pembangunan sebuah kabupaten dan kota, harus didesain setara provinsi agar dia mampu mengangkat perubahan mendasar. Akan tetapi, sebuah provinsi harus didesain setara desain sebuah negara dalam tataran ekonomi agar dia mampu bergerak secara sistematis.

Terlepas dari semua itu, pemda Kalbar memang tidak akan mampu bergerak sendiri tanpa rakyatnya berdaya. Sementara rakyat pun hanya berdaya kalau ada sistem yang mampu memberdayakannya. Karena itu ketika konsep Kalbar Incorporations kami gulirkan, beberapa orang memberikan respon langsung. Bahwa konsep itu sebagai sebuah terobosan, ditengah ketidak-berdayaan rakyat Kalbar menghadapi dunia global tadi.

Bukankah ada pepatah kuno mengatakan, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Itulah dasar pemikiran Kalbar Inc. Dasar konsep ini pun direkam dari dialog antara Bung Karno dengan Moh Hatta, kala mereka sedang mendesain sistem ekonomi macam apa yang cocok dengan Indonesia.

Bung Hatta sudah mantap dengan sistem koperasinya. Tetapi sistem ini catat, karena koperasi di era dulu telah menjadi alat politik semata. Dan kini tidak berkembang secara baik. Bung Karno ketika membaca betapa dunia gagal dengan konsep sosialisnya. Dan dunia juga gagal mensejahterakan rakyat, ketika menerapkan sistem kapitalis. Kala itu Bung Karno memantapkan hati untuk menerapkan sistem diantara dua sistem dunia tadi. Ialah konsep sosioekonomi.

Dalam dokumen yang lain, Bung Karno pernah merintahkan Kabinet Djuanda untuk menyusun Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bukan Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMP) seperti banyak dikenal di negera-negara eropa.

Pemikiran mereka ketika itu, kalau BUMP hanyalah milik pemerintah, tetapi kalau BUMN menjadi juga milik rakyat. Dengan asumsi, rakyat juga memiliki saham dalam BUMN di mana BUMN tersebut ada atau dimana BUMN tersebut beroperasi. Hanya saja instrument bisnisnya tidak ada. Rakyat tidak memiliki instrument bisnis untuk mengklaim saham di BUMN, kecuali melalui bursa saham. Sedangkan bursa saham, adalah instrument yang hanya bisa dipakai oleh pemilik modal.

Instrument itu hanya berlaku jika rakyat berkolaborasi diri dalam sebuah kekuatan raksasa bisnis juga. Namanya Kalbar Inc. (Safari ANS/MCO).

Kalbar Dalam Bingkai Jurnalistik (Bagian 2)

MEMOTRET KALBAR DENGAN MATA HATI

Serba tak pasti. Roda kehidupan bergulir begitu saja, apa adanya. Mereka lebih suka terima upah daripada menjadi pemilik. Mereka tak mau pusing memikirkan bagaimana kelak meraka harus hidup. Mereka percaya suatu saat Tuhan pasti memberi petunjuk kepada mereka, bahwa kebenaran itu pasti akan tiba. Mereka percaya bahwa kezaliman dan kebathilan itu pasti berlalu. Dan kejahatan itu pasti akan runtuh.

Sebulan lebih kami menelusuri lekung-lekung kehidupan masyarakat Kalbar yang notabene-nya merupakan potret kehidupan rakyat pulau Kalimantan. Kebetulan tokoh masyarakat yang kami ikuti adalah sosok tokoh yang amat mengenal lekung-lekung kehidupan masyarakat Kalbar. Maklumlah ia memang asli putra yang lahir di Kalbar ini.

Kami dibawa ke berbagai pelosok kota, desa, kampung dan lekung-lekung hidup budaya orang Kalbar. Sesekali ia memberikan pengarahan kepada kami agar kami mengerti cara orang Kalbar hidup. Cara orang Kalbar berpikir. Dan cara orang Kalbar merasa. Dengan cara begitu kami dapat memotret kehidupan masyarakat Kalbar secara dalam, amat dalam.

Ia lebih suka, segala sesuatu mengalir apa adanya. Ia tidak suka rekayasa. Dan ia tidak suka ada kelompok lain merasa dirinya unggul. Ia berpandangan semua manusia itu sama, yang membedakannya hanyalah pandangan Tuhan terhadap setiap manusia. Jadi jangan pernah berpikir untuk sombong, karena kesombongan itu adalah kehancuran. Filosofi-filosofi itu nampaknya terserap kental dalam jati diri seorang meteor, Oesman Sapta.

Kami berjalan berjam-jam menapaki jejak kehidupan masyarakat Kalbar. Astagfirullah hal azim, kami tak menyangka kalau rakyat Kalbar yang merupakan bagian dari potret kehidupan Kalimantan secara keseluruhan, seperti ini. Kalbar menempati urutan ke 24 dari 32 provinsi yang terkaya di Indonesia. Berarti amat miskin.

Benak kami, ketika memotret Kalimantan dari Jakarta terhapus sudah. Transaksi ratusan triliyunan dari hasil hutan Kalimantan nampaknya tak mengucur secara baik ke bumi Kalbar. Jangan kan jauh ke pedalaman, pinggiran kota Pontianak saja, banyak yang belum terjamah oleh kasih sayang pemimpinnya.

Berkali-kali kami berkata, Indonesia sudah merdeka 62 tahun, tetapi rakyat Kalbar nampaknya harus pasrah dengan kenyataan hidup, karena Tuhan masih bermurah dengan mereka. Mereka dengan mudah bisa mengatasi persoalan hidup keseharian, hanya dengan kemurahan alam, walau mereka tidak bisa bangkit dan menjadi kaya dengan alamnya itu. Maklumlah, mereka minim ilmu pengolah kekayaan alam. Mereka tak punya modal, mereka tak punya jaringan yang memadai. Mereka minim keterampilan. Dan minim pengetahuan. Lebih dari 70% dari mereka, hidup di pedesaan tanpa pendidikan yang memadai.

Apalagi APBD Kalbar juga minim. Hanya Rp 1,1 triliyun saja. Walau secara grafik, angka APBD Kalbar menunjukkan kenaikan setahun demi setahun. Tetapi kenaikan itu tak sebanding dengan keperluan Kalbar untuk membangun. Wilayahnya yang amat luas. Apalagi biaya rutin pemerintah terlalu besar daripada anggaran pembangunan. Itu sama saja dengan kalimat, APBD hanya berfungsi sebagai peti kas pemerintah untuk membiayai roda pemerintahan saja.

Kita memahami, persoalan kecilnya APBD Kalbar bukan semata tumpulnya lobi pihak Pemda Kalbar, tetapi memang pemerintah pusat juga melihat tidak ada yang harus diprioritaskan di Kalbar bila dibandingkan dengan daerah lainnya di Indonesia. Selah celah negosiasi anggaran seperti yang banyak dilakukan oleh kalangan bupati dan gubernur di Indonesia terkadang memang melelahkan. Apalagi kwalitas lobi hanya bermain pada tataran rendah. Tidak pada tataran ring satu. Padahal tataran lobi ring satu saja, belum tentu berhasil, karena meminta anggaran dari pemerintah pusat perlu kajian yang mendalam, sehingga pemerintah pusat tak ada alasan untuk menolak.

Karenanya tak perlu malu, bahwa rakyat Kalbar membutuhkan pemimpin yang memiliki lobi pada level ring satu dalam situasi politik apapun, dan kapanpun. Banyak orang yang memiliki tingkat lobi tinggi, tetapi hanya dalam satu musim. Ketika musim berganti dari bunga kuning menjadi bunga biru misalnya, banyak pelobi tak mampu menyesuaikan pergantian musim itu. Lalu, rakyatlah yang menjadi korban.

Karenanya, rakyat Kalbar tidak bisa lagi melihat sosok pemimpin mereka ke depan, dilihat dari kulit luar mereka saja. Karena di dunia ini tidak ada kecap nomor dua, semua nomor satu. Tak akan pernah terjadi dunia ini, calon pemimpin mengatakan dirinya apa adanya. Yang ada hanyalah sebuah halusinasi dan ilustrasi belaka.

Rakyat Kalbar harus melihat sosok pemimpin mereka dari lubuk hati yang paling dalam. Rekamlah suara hati calon pemimpin anda itu, di sana akan terasa detak, jerit dan tangis rakyat jelata yang telah direkam amat jelas oleh calon sang pemimpin. Karena hanya dengan kecerdasan mata hatilah, rakyat Kalbar dapat memilih pemimpinnya secara baik dan benar.

Rakyat Kalbar harus merenung, tawaddu’ dan istigfar, serta bertanya kepada Tuhan siapakah diantara putra terbaik Kalbar yang layak jadi pemimpin mereka. Yakinlah, Tuhan akan memberikan jawabannya melalui mata hati. Karena suara hati dan mata hati tidak bisa dibohongi oleh dan dengan cara apapun. Manusia manapun tak mampu mempengaruhi suara hati dan ketajaman mati hati. Karena suara hati dan mata hati tercipta sebagai microchip yang programnya hanya bisa dirubah dan disentuh oleh Tuhan sang pencipta.

Hanya kebanyakan, manusia lupa akan peran mata hati dan suara hati. Padahal disitulah sang pemimpin sejati tertulis secara jelas. Tertulis secara jelas nama seorang pemimpin, sang meteor pemberengus kebatilan dan penegak kebenaran, Oesman Sapta. (Safari ANS/MCO).

KALBAR DALAM BINGKAI JURNALISTIK (bagian 1)

Memotret Kalimantan dari Jakarta


Kalimantan di mata kawan-kawan di Jakarta adalah sebuah pulau yang kemakmuran rakyatnya sudah dijamin oleh Tuhan. Tak ada yang sulit di Kalimantan, semuanya sudah terstruktur dengan baik. Dan Tuhan seperti sudah menakar hidup dan kehidupan makhluk di planet bumi ini.

Dulu, di era Suharto masih berkuasa dengan Golkarnya, setiap temu wartawan yang digelar Departemen Kehutanan di Jakarta, tidak pernah terpisahkan sosok pengusaha yang bernama Bos Hasan. Pengusaha yang selalu dekat dengan dunia perkayuan dan hutan. Bahkan ketika seorang menteri kehutanan ditanya wartawan perihal kebijakannya tentang HPH (Hak Pengusahaan Hutan), sang menteri selalu mengatakan, nanti akan saya tanyakan kepada Pak Bob Hasan.

Dalam hitungan perkalian, triliyun kubik kayu diberitakan di hampir seluruh media nasional dan international. Dan menghias halaman pertama surat kabar ibukota Jakarta. Setiap ganti menteri kehutanan baru dipercayakan oleh presiden, kalangan wartawan sudah menebak, pasti yang akan disodok pertama adalah masalah HPH. Pengusaha nakal, atau yang belum jelas urusannya, akan dijewer dengan menggunakan istilah, “peninjauan kembali posisi HPH”

Sang pengusaha HPH pasti sibuk, ketika sang menteri sudah mulai melancarkan serangan pertama. Bangunan keren nan menjulang berselebahan langsung dengan gedung MPR/DPR RI, membuat kesan Departemen Kehutanan menjadi primadona ketika itu. Bahkan di era Pak Harto, komplek perkantoran yang dikenal dengan nama Manggala Wanabhakti itu, tempat lingkungan menteri kehutanan berkantor, terkesan elite dan mewah.

Di gedung inilah hampir seluruh aktivitas dunia hutan berjalan. Mereka datang dan pergi sekedar untuk mendapat sedikit tentang rezeki dunia kayu yang sebagian terbesar berasal dari Kalimantan.

Jangankan hasil hutannya, dana reboisasi yang dipungut hanya sekian persen saja oleh pemerintah pusat melalui sebuah lembaga “persetujuan” saja, sudah bernilai ratusan triliyun rupiah. Apatah lagi nilai transaksi hasil hutan, seperti kayu, rotan dan lainnya. Wow, pastilah capai angka ribuan triliyun rupiah. Namun tak ada satu pun instansi pemerintah yang mau mengeluarkan angka resmi transaksi penjualan hasil hutan di Kalimantan. Kalangan jurnalistik hanya melihat, angka-angka yang dikeluarkan instansi manapun di Jakarta, pastilah bohong.

Dalam pertemuan demi pertemuan wartawan dengan pejabat di Jakarta tentang hutan di Kalimantan selama ini, hanyalah sebuah ilustrasi agar wartawan terjebak dalam sebuah persepsi, bahwa semuanya berjalan sesuai rel dan aturan main. Pemerintah Pak Harto ketika itu begitu pintar dan rapi soal membuat persepsi di benak wartawan, sehingga kuli tinta pun tak berdaya melawan kehendak sang penguasa.

Tak terbayangkan oleh kami ketika suatu saat tiba-tiba muncul sebuah nama pengusaha yang berasal dari Singkawan ketika itu. Ia tiba-tiba bermain di ring satu. Teman-teman mencuri berita bahwa ada pengusaha baru, ada konglomerat baru bernama Prajogo Pangestu. Raja kayu yang menakutkan pengusaha lainnya. Kendati diam-diam, rekan-rekan wartawan mampu merekam, kemunculan pengusaha yang kini beken dengan bendara usahanya, Barito Pacific Timber. Group usaha ini pun terus meroket naik, bak busur panah yang dilepaskan ke udara.

Sejak itu, Prajogo Pangestu telah ditempatkan oleh kawan-kawan sejajar dengan konglomerat Indonesia lainnya. Ia mulai disejajarkan dengan bos Astra Group yang kaya dengan industri otomotifnya ketika itu, William Suradjaja. Ia sejajar dengan Sudono Salim dengan group Indocementnya, dan lainnya.

Bahkan ketika Pak Harto mengundang 25 konglemarat Indonesia ke Tapos, komplek peternakan di wilayah Bogor, Jawa Barat. Pengusaha kayu yang berasal dari Kalimantan ini telah berjejar menghias layar kaca dan selalu menjadi berita halaman pertama surat kabar Jakarta.

Kalangan wartawan, sering dibawa pengusaha kayu untuk berkunjung ke Kalimantan. Tetapi ruang gerak memang terbatas ketika itu. Selain mengikuti jadwal yang padat, juga fasilitas yang digunakan juga amat terbatas. Paling banter wartawan hanya bisa ikut nimbrung dengan sang pengusaha kayu atau menteri kehutanan naik helikopter. Dari udara terlihat betapa upaya-upaya penghijauan berjalan sesuai dengan laporan mereka di DPR RI.

Kala itu, tak terpotret dengan jelas kehidupan rakyat Kalimantan yang sesungguhnya. Tak terpikir oleh kami sedikit pun, bahwa rakyat Kalimantan ketika itu sudah tergadai. Hak hulayat mereka atas hutan tak jelas, apalagi tanah. Padahal mereka memiliki tatanan adat yang menurut kami sudah tertata rapi. Mereka dalam benak kami saat ini, memiliki tatanan kehidupan yang terstruktur secara bathin, tetapi terlalu pasrah secara fisik.

Mereka mudah menerima apa adanya, karena kesejahteraan sejati bagi orang Kalimantan bukanlah kemewahan kehidupan yang bergelimang harta. Tinggal di sebuah rumah gubuk sekali pun, membuat mereka bahagia bersama keluarganya. Ketika harta kekayaan mereka diangkut dan diperjual belikan dengan takaran nilai ratusan triliyun tadi, mereka sudah bersyukur kepada Tuhan manakala mereka sudah mendapatkan upah kerja dari proyek itu.

Mereka tidak tau, kayu yang dihasilkan dari daerah mereka terpajang mewah di planet bumi ini. Mereka tak tau betapa orang-orang Eropa memajang hasil hutan Kalimantan sebagai sebuah produk bergengsi. Betapa bangganya orang-orang bule memperkenalkan produk rumahnya tangga mereka yang terbuat dari kayu atau hasil hutan Kalimantan. Dan mereka membelinya dengan harga mahal. Maklumlah, di negara mereka tak ada lagi hutan yang bisa dibabat. Yang ada hanya di Kalimantan. Namun, sebentar lagi rakyat Kalimantan akan tau dan paham atas semua itu. (Safari ANS/MCO).

Rabu, 10 Oktober 2007

OESMAN SAPTA KANDIDAT GUBERNUR KALBAR TERKAYA

Pontianak, 10/10 (ANTARA) - Pengusaha Oesman Sapta Odang (OSO) menjadi kandidat calon Gubernur Kalimantan Barat periode 2008-2013 yang memiliki harta kekayaan terbanyak dibanding calon lain dengan nilai Rp185,608 miliar dan 182.484 dolar AS.

Berdasarkan pengumuman harta kekayaan penyelenggara negara dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang disampaikan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalbar di Pontianak, Rabu, kekayaan OSO meningkat lebih dari 2,5 kali dibanding lima tahun lalu yang nilainya Rp54,044 miliar dan 122.484 dolar AS.

Sementara calon gubernur incumbent yang juga mantan Direktur Utama Lativi Media Karya, Usman Ja'far, harta kekayaannya per 5 September 2007 menurun dibanding tahun lalu dari Rp25,384 miliar menjadi Rp25,189 miliar.

Penurunan tersebut karena berkurangnya nilai harta bergerak dan harta bergerak lainnya serta giro dan setara kas lainnya kandidat yang diusung Koalisi Harmoni, gabungan delapan partai politik itu.

Anggota Komisi III DPR RI, M Akil Mochtar, pada Desember 2006, harta kekayaannya tercatat sebanyak Rp8,408 miliar dan 194.257 dolar AS, meningkat hampir dua kali lipat dibanding 2002 senilai Rp3,463 miliar dan 4.514 dolar AS.

Kandidat dari PDI Perjuangan, Cornelis, harta kekayaannya paling sedikit dibanding calon lain yakni Rp873,237 juta.

Sedangkan untuk calon wakil gubernur, pasangan Akil Mochtar, Anselmus Robertus (AR) Mecer memiliki harta kekayaan terbanyak yakni Rp3,316 miliar. Figur incumbent yang berpasangan dengan Usman Ja'far, Laurentius Herman (LH) Kadir, tercatat mempunyai harta kekayaan senilai Rp2,314 miliar.

Calon wakil gubernur paling muda, Christiandy Sanjaya, yang berpasangan dengan Cornelis, harta kekayaannya Rp746,586 juta. Berbanding terbalik dengan pasangannya, OSO, calon wakil gubernur Ignatius Lyong sebagai kandidat dengan harta kekayaan paling sedikit yakni Rp753,938 juta.

LH Kadir mengatakan, harta kekayaan yang diperoleh terutama berasal dari harta tidak bergerak seperti tanah yang nilainya terus mengalami peningkatan setiap tahun. Selain itu, juga hasil kerja kerasnya sebagai pegawai negeri sipil dan wakil gubernur dengan total waktu 44 tahun masa kerja.

Ketua KPU Kalbar, Aida Mochtar menambahkan, data yang disampaikan itu merupakan hasil verifikasi dari KPK. "Kejujuran dari masing-masing figur dan hasil verifikasi KPK sehingga diperoleh nilai kekayaan mereka," katanya.

KPU, lanjut Aida, sesuai UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, wajib mengumumkan harta kekayaan dari setiap figur yang akan bertarung dalam pemilu kepala daerah sesuai tingkatan kerja. (T011/

Senin, 01 Oktober 2007

Oesman Sapta Gandeng “Si Raja Minyak” Ruhut Sitompul

Senin, 1 Oktober 2007
Pontianak Post

Safari Ramadhan Calon Gubernur Oesman Sapta

AKRAB: Oesman Sapta akrab dengan Ruhut Sitompul Ketapang,- DALAM upaya mendekatkan diri dengan masyarakat Ketapang, calon gubernur bernomor pilih 2, Oesman Sapta, kembali melakukan safari ramadhan. Kali ini Kabupaten yang dituju adalah Kabupaten Ketapang.

Yang menarik, calon gubernur bernomor pilih 2 ini, ditemani “Si Raja Minyak” Ruhut “Poltak” Sitompul. Pengacara, politisi, dan juga selebritis – yang ngetop dengan ikon, “Eh, tante, kau telah bikin pening di kepala aku, hilang.”

“Sebenarnya saya rugi bawa “Si Rajak Minyak” ini. Ibu-ibu lebih suka foto bareng dia ketimbang saya, calon gubernurnya,” canda Oesman Sapta di depan ribuan orang yang menghadiri acara buka puasa bersama di salah masjid di Teluk Melano Kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara, disambut tawa hadirin.

Sehari sebelumnya, rombongan calon gubernur Oesman Sapta menghadiri acara buka puasa bersama di Keraton Matan Ketapang. Acara itu atas prakarsa Pontianak Post – yang selama ramadhan ini melakukan aksi soal buka puasa bersama, dan santunan kepada anak yatim dan para dhuafa.

Dari Keraton Ketapang, rombongan melanjutkan perjalanan menujut Kendawangan – daerah paling utara dari Kabupaten Ketapang. “Sebenarnya kita diminta hadir saat sahur, sekitar pukul 02.00. Tapi, Pak Man – begitu biasa Oesman Sapta dipanggil orang-orang dekatnya, meminta jamnya dimajukan. Alasan Pak Man, agar bisa singgah ke tempat-tempat lain,” papar Hildi Hamid, koordinator kegiatan safari ramadhan calon gubernur Oesman Sapta.

Persis pukul 22.30, rombongan yang membawa calon gubernur Oesman Sapta, tiba di Kendawangan. Kehadiran rombongan calon gubernur Oesman Sapta, seperti menyedot datangnya manusia. Satu per satu, masyarakat Kendawangan berkumpul – memenuhi area pertemuan yang telah disiapkan. Masyarakat Kendawangan demikian antusias melakukan bertanya jawab dengan calon gubernur idola mereka. Salah satu yang menjadi pertanyaan utama mereka adalah soal pemekaran wilayah.

“Kok, bisa-bisanya, Sukadana – yang notabene dari segi potensi, jauh di bawah Kendawangan, jadi Kabupaten?” tanya Ujang Bulan. “Itu karena ada pak Oesman Sapta,” yang lain serempak menimpali.

Calon gubernur Oesman Sapta menimpali kegelisahan masyarakat Kendawangan dengan arif. “Pemekaran adalah satu syarat mutlak agar suatu daerah bisa cepat tumbuh secara ekonomi, dan masyarakatnya menikmati dari pertumbuhan ekonomi yang didapatkan dari hasil sumber daya alam daerah itu,” papar Oesman Sapta.

“Sumber daya alam disini, hebat. dan memiliki pelabuhan strategis, untuk bisa berinteraksi dagang dengan dunia luar,” lanjut Oesman Sapta.

Kendawangan memang daerah kaya. Tapi, hingga saat ini, kekayaan alam daerah itu, belum sepenuhnya dapat dinikmati masyarakat. Disana terdapat sumber daya alam seperti bauksit, biji besi dan pelabuhan yang bisa langsung melakukan hubungan perdagangan dengan dunia luar semisal pulau jawa.

Itulah sebabnya, Ujang Bulan juga masyarakat Kendawangan pada umumnya, mendukung upaya-upaya yang dilakukan calon gubernur Oesman Sapta dalam melakukan perubahan untuk membangun Kalbar.

Semula rombongan calon gubernur Oesman Sapta berniat pamit. “Saya tadi ketemu ibu-ibu di dalam.Mereka sedang menyiapkan santapan sahur. Kalau ibu-ibu yang minta, saya memang tidak bisa menolak,” ujar Oesman Sapta. “Saya mencintai ibu saya. Ayah saya meninggal dunia sejak saya berusia delapan tahun. Dan, ibu saya mengasuh saya hingga bisa seperti ini. Kalau ibu yang meminta saya tidak bisa menolak,” lanjut Oesman.

Pukul 12.30 sebagian tetap sabar bertahan. Mereka takut, calon gubernur mereka, Oesman Sapta tiba-tiba meninggalkan mereka. Sekitar pukul 02.00, arena pertemuan kembali disesaki masa. Calon gubernur Oesman Sapta beserta rombongan sahur bersama. Usai sahur, calon gubernur Oesman Sapta, meminta ustadz H. Ghazali Abbas – kyai asal Aceh Darussalam untuk memberikan pengajian. 03.30, rombongan meninggalkan Kendawangan. Mereka agaknya belum cukup puas bertatap muka dengan calon gubernur kebanggaan mereka itu. (*mco)